This is a book by Fajar Nugros. Kumpulan cerpen unik. Unik? Hehe… iya, soalnya isinya tentang cinta melulu, and mostly ended tragically :p
Haha… oke, mungkin ga tragis-tragis amat siy, tapi pastinya ga hepi ending juga.
Satu cerita yang membekas banget dari buku ini (cieee…), pastinya bukan karena aku ngalamin juga, tapi… ga tau, endingnya yang tak terduga, bener-bener tak terduga, bikin cerita ini meninggalkan kesan yang… gimana ya… sensasional! (halah… sekarang malah ngutip tagline iklan pasta gigi…). Walaupun sebagian besar (atau semua?) cerpen di buku ini memang endingnya tak terduga, tapi cerita yang satu ini yang paling kuingat.
Judul cerpennya “Jantung Hati”. Menceritakan tentang seorang pria yang sedang mengendarai mobilnya di jalan tol menuju kota dimana kekasihnya berada (romantic mode ON). Tapi pikirannya ga fokus ke jalan, gara-gara sebelumnya dia baru dapat kabar kalau kekasihnya akan menikah dengan pria lain (nah lho?!). And I would say, he’s not supposed to drive when his mind is not clear yet (yeah… easy to say :p). Anyway, he’s still driving, with earset on his ears, listening to heartbreaker songs. And suddenly… accident happened… (anggaplah suasananya berubah jadi dramatis dan mencekam, haha… serasa nonton filem..)
Scene berikutnya menunjukkan sang pria di balik kemudi bernama Andra, sedang ditanyai polisi perihal kecelakaan tersebut. Tapi dia sama sekali tak berminat meladeni polisi tersebut. Pikirannya masih terpaku pada kekasihnya, Kara, yang sebentar lagi akan menikah. Dia harus berpacu dengan waktu untuk melanjutkan perjalanannya. That accident had delayed him…
Lalu… dengan cara klasik, minta izin pergi ke toilet sebentar, dia berhasil mengelabui polisi tersebut, untuk kemudian kabur dari lokasi kecelakaan, dan melanjutkan perjalanannya, dengan jalan kaki!
Well… ga full ditempuh dengan berjalan kaki tentunya, dia menumpang truk sampai keluar dari jalan tol. Batal melanjutkan perjalanan dengan busway, dia menumpang pickup dan disambung dengan bajaj sampai ke rumah Kara.
Saat tiba di rumah Kara, suasana sepi… Tapi kebingungannya tak berlangsung lama. Teguran satpam memberinya kesempatan untuk memperoleh jawaban dari suasana yang sepi itu. Ternyata pengantin pria terkena serangan jantung sesaat sebelum ijab kabul, dan saat itu seluruh keluarga dari kedua mempelai sedang di rumah sakit. Maka Andra pun segera mengejar ke rumah sakit yang dimaksud dengan bajaj yang tadi mengantarnya.
Tiba di rumah sakit, Andra tak butuh waktu lama untuk menemukan Kara. Dia melihat Kara di dekat pintu ICU, bersama dengan orangtua dan polisi yang menanyai Andra di lokasi kecelakaan (nah lho? what’s he doing there???).
Tak lama kemudian, pintu ruang ICU terbuka. Seorang dokter keluar, dan langsung diserbu oleh keluarga pasien, termasuk Kara, yang juga menunggu di luar pintu ICU. Dokter tersenyum dan mengatakan bahwa operasi cangkok jantung berhasil. Dokter menyatakan, mereka beruntung ada jantung yang tersedia sehingga operasi cangkok jantung dapat segera dilakukan.
Penasaran, Kara bertanya pada dokter, jantung siapa yang dicangkokkan pada calon suaminya (calon? iya! kan belum ijab kabul, he got heart attack before ijab kabul, remember?). Dokter tersenyum sambil melirik pada polisi yang sebelumnya bersama Andra di lokasi kecelakaan. Spontan, polisi tersebut mengeluarkan sebuah kartu identitas dan diperlihatkannya pada Kara. Nama yang tertulis di kartu identitas itu adalah… Andra Darmawan…
Andra yang memperhatikan dari jauh terkejut dan segera memeriksa dompetnya, kartu identitasnya sudah tak ada. Kesal, dia menendang kursi roda di dekatnya. Semua orang di depan ruang ICU menoleh ke sumber keributan, yang terlihat hanya kursi roda yang bergerak sendiri.
“Jika kau telah menjadi jantung hatinya, selamanya kau menjadi miliknya.”