Aku?

Kalau aku kertas, mungkin aku adalah kertas kosong

Polos, hampa

Atau…

mungkin sudah ada goresan tinta disana

tapi…

masih berupa goresan tak berbentuk

tanpa makna

bingung

mencari jawab

akan tanya yang pun tak jelas

hanyut, terbang, mengambang

melayang

lalu lenyap

Tinggal… atau pergi?

Banyak tanya melintas di kepalaku

Mencari alasan untuk tinggal

Banyak saat ku merasa ingin hengkang

Tapi tak sedikit pula peristiwa menahanku

Kadang sempat ku merasa tak tahan

Tapi sering pula aku ingin bertahan

Mana yang harus kuturuti?

Kucoba mencari jawab di luar

Sejenak berlari…

bukan… bukan berlari…

Karena aku masih tinggal

Mungkin hanya pengalih perhatian sesaat

Dimana aku bisa menikmati kebebasan

yang masih kupelajari

ingin kukuasai

I Only Sleep with Super Model

This is a book by Fajar Nugros. Kumpulan cerpen unik. Unik? Hehe… iya, soalnya isinya tentang cinta melulu, and mostly ended tragically :p

Haha… oke, mungkin ga tragis-tragis amat siy, tapi pastinya ga hepi ending juga.

Satu cerita yang membekas banget dari buku ini (cieee…), pastinya bukan karena aku ngalamin juga, tapi… ga tau, endingnya yang tak terduga, bener-bener tak terduga, bikin cerita ini meninggalkan kesan yang… gimana ya… sensasional! (halah… sekarang malah ngutip tagline iklan pasta gigi…). Walaupun sebagian besar (atau semua?) cerpen di buku ini memang endingnya tak terduga, tapi cerita yang satu ini yang paling kuingat.

Judul cerpennya “Jantung Hati”. Menceritakan tentang seorang pria yang sedang mengendarai mobilnya di jalan tol menuju kota dimana kekasihnya berada (romantic mode ON). Tapi pikirannya ga fokus ke jalan, gara-gara sebelumnya dia baru dapat kabar kalau kekasihnya akan menikah dengan pria lain (nah lho?!). And I would say, he’s not supposed to drive when his mind is not clear yet (yeah… easy to say :p). Anyway, he’s still driving, with earset on his ears, listening to heartbreaker songs. And suddenly… accident happened… (anggaplah suasananya berubah jadi dramatis dan mencekam, haha… serasa nonton filem..)

Scene berikutnya menunjukkan sang pria di balik kemudi bernama Andra, sedang ditanyai polisi perihal kecelakaan tersebut. Tapi dia sama sekali tak berminat meladeni polisi tersebut. Pikirannya masih terpaku pada kekasihnya, Kara,  yang sebentar lagi akan menikah. Dia harus berpacu dengan waktu untuk melanjutkan perjalanannya. That accident had delayed him…

Lalu… dengan cara klasik, minta izin pergi ke toilet sebentar, dia berhasil mengelabui polisi tersebut, untuk kemudian kabur dari lokasi kecelakaan, dan melanjutkan perjalanannya, dengan jalan kaki!

Well… ga full ditempuh dengan berjalan kaki tentunya, dia menumpang truk sampai keluar dari jalan tol. Batal melanjutkan perjalanan dengan busway, dia menumpang pickup dan disambung dengan bajaj sampai ke rumah Kara.

Saat tiba di rumah Kara, suasana sepi… Tapi kebingungannya tak berlangsung lama. Teguran satpam memberinya kesempatan untuk memperoleh jawaban dari suasana yang sepi itu. Ternyata pengantin pria terkena serangan jantung sesaat sebelum ijab kabul, dan saat itu seluruh keluarga dari kedua mempelai sedang di rumah sakit. Maka Andra pun segera mengejar ke rumah sakit yang dimaksud dengan bajaj yang tadi mengantarnya.

Tiba di rumah sakit, Andra tak butuh waktu lama untuk menemukan Kara. Dia melihat Kara di dekat pintu ICU, bersama dengan orangtua dan polisi yang menanyai Andra di lokasi kecelakaan (nah lho? what’s he doing there???).

Tak lama kemudian, pintu ruang ICU terbuka. Seorang dokter keluar, dan langsung diserbu oleh keluarga pasien, termasuk Kara, yang juga menunggu di luar pintu ICU. Dokter tersenyum dan mengatakan bahwa operasi cangkok jantung berhasil. Dokter menyatakan, mereka beruntung ada jantung yang tersedia sehingga operasi cangkok jantung dapat segera dilakukan.

Penasaran, Kara bertanya pada dokter, jantung siapa yang dicangkokkan pada calon suaminya (calon? iya! kan belum ijab kabul, he got heart attack before ijab kabul, remember?). Dokter tersenyum sambil melirik pada polisi yang sebelumnya bersama Andra di lokasi kecelakaan. Spontan, polisi tersebut mengeluarkan sebuah kartu identitas dan diperlihatkannya pada Kara. Nama yang tertulis di kartu identitas itu adalah… Andra Darmawan…

Andra yang memperhatikan dari jauh terkejut dan segera memeriksa dompetnya, kartu identitasnya sudah tak ada. Kesal, dia menendang kursi roda di dekatnya. Semua orang di depan ruang ICU menoleh ke sumber keributan, yang terlihat hanya kursi roda yang bergerak sendiri.

“Jika kau telah menjadi jantung hatinya, selamanya kau menjadi miliknya.”

Walk-walk-walk

Huhu… baru terasa pegal-pegalnya setelah bangun tidur.

Lumayan juga, olahraga jalan kaki dengan rute Kebon Kawung – Pasir Kaliki – Pajajaran – Abdurrahman Saleh – Nurtanio – Dadali – Elang – Rajawali Barat. I didn’t track the time, but I arrive at home around 11 PM. Hehe… surprised? Don’t be…

Emang bukan niat sejak awal untuk olahraga, niatnya baru muncul ketika pulang kantor ambil rute Malabar – Kosambi – Sunda – … – Braga – Viaduct – Kebon Kawung. Aku sengaja turun di ujung jalan Kebon Kawung setelah angkotnya belok di lampu merah. Soalnya begitu lewat Viaduct, aku curiga udah ga ada angkot merah jurusan Elang – Cicadas, udah ga kliatan tanda-tanda keberadaannya. Makanya langsung ambil ancang-ancang buat jalan kaki.

Hehe… sempet ga yakin bakalan kuat menempuh rute dimaksud, mengingat aku udah lumayan lama ga olahraga. Tapi kupikir ga ada salahnya dicoba, langkah awal untuk mulai berolahraga kembali, lagipula sebelumnya aku pernah menempuh jarak yang lebih jauh dari itu, jaman kuliah dulu. Bayangkan rute berikut ditempuh dengan berjalan kaki : Dipati Ukur – Hasanuddin – Ganesha – Balubur – Tamansari – Wastukencana – Pajajaran – Abdurrahman Saleh – Nurtanio – Dadali – Elang – Rajawali Barat. Dahsyatttt… aku masih inget banget, dulu terpaksa pulang jalan kaki gara-gara ada aksi pemogokan angkot. Sama sekali ga mau naik ojek, apalagi terima tawaran orang tak dikenal di tengah perjalanan buat nganterin sampe rumah. Selalu aku jawab, “Makasih, Pak. Udah deket kok!” Padahal waktu itu baru sampai Pajajaran, hihihi…

Well… bukan tanpa alasan aku pengen mulai olahraga lagi. Bukan cuma mau menjaga stamina, tapi juga menjaga kesehatan mental. Hihi… akhir-akhir ini merasa sangat perlu pelampiasan pelepasan energi fisik, menumpahkan kekesalan dari rutinitas dengan aktivitas yang positif, daripada aku marah-marah ga jelas kan mending olahraga. Katarsis gitu istilahnya?

Aku sudah punya pilihan mau gabung komunitas olahraga apa. Ada 2 pilihan. Yang satu berasal dari Perancis, yang satu lagi berasal dari Brazil.

Pilihan pertamaku ‘olahraga’ dari Brazil. Kenapa pake tanda kutip? Karena bingung sebenarnya ini masuk kategori apa. Bisa dibilang olahraga karena memang melibatkan olah fisik. Tapi bisa digunakan untuk bela diri juga. Nilai plusnya, fun! Kombinasi unik physical exercise – self defense – fun! Heheh… udah ketebak apa namanya? Aku kasih clue lagi, namanya adalah C******a.

Pilihan kedua adalah ‘olahraga’ dari Perancis. Aku suka nilai filosofinya. Merasa pas banget dengan kondisiku sekarang yang sangat butuh pengembangan. Yang aku tangkap sih intinya, keluar dari comfort zone. Kalau definisinya sendiri adalah bergerak atau berpindah tempat dari point A ke point B seefisien dan secepat mungkin dengan mengedepankan keindahan bergerak sekaligus diimbangi oleh kemampuan dari tubuh manusia itu sendiri (hehe… copas this from its Indonesian official community site). Trus baca posting pengalaman pelakunya, lihat foto-fotonya, jadi makin penasaraaannn…. I have to try this!!! Know this one? It’s p*****r.

Makanya aku sempat merasa enggan ikut berangkat ke Jakarta awal pekan depan. Tadinya berencana mulai daftar dan ikut latihan dua aktivitas di atas awal pekan depan. Mumpung semangat lagi tinggi. Khawatir kalau ditunda lagi keburu males lagi :p

Well… kalau masih ada umur masih ada kesempatan khan? Doakan saja, mudah-mudahan I can keep my spirit high! So I can start to work on my resolution this year : exercise!

Yosh! Ganbatte!!!